Jumat, 23 Januari 2009

Rencana Kopi Darat "palinukan barabai"

Malam tadi chating dengan alam tentang adanya hari libur di senin ini. Jadi kami rencanakan untuk kembali kopi darat untuk menetapkan bagaimana "palinukan barabai" bisa dikembangkan.

Meskipun ternyata si Tomi ada kerjaan lembur di hari tersebut, tapi mudah-mudahan Udin bisa berhadir.

Untuk teman-teman di wilayah barabai dan sekitarnya yang ingin ikutan juga dipersilahkan untuk datang pada hari senin ini tanggal 26 Januari 2008 pukul 9.00 tempat di SMK N 1 Barabai (ruang ICT Center).

Informasi lebih lanjut bisa menghubungi YM saya.
Posted on 16.25 | Categories:

Sabtu, 17 Januari 2009

KOPDAR yang tertunda

Malam tadi tiba-tiba kuterima sms dari Udin bahwa dia tidak bisa berhadir sabtu pagi ini dikarenakan ada tugas mendadak dari kepsek untuk ke sekolah. Hal itu pun kuberitahukan dengan Tomi yang ternyata juga menyatakan tidak bisa hadir karena juga ada tugas mendadak dari pimpinannya.

Akhirnya dibatalkan saja acara kopi darat untuk membahas kelanjutan hasil konferensi (lewat ym) di kamis sore masalah pembentukan KPLI Barabai.

Tapi mudah-mudahan ada di waktu dekat bisa dilaksanakan, sehingga kita semua bisa bergerak untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan dunia open source di bumi tercinta ini.

Sabtu, 10 Januari 2009

Barabai bebas banjir???

Sudah beberapa bulan terakhir ini, kota Barabai dilanda banjir. Memang tidak tinggi, tapi waktunya lama dan terjadi beberapa kali. Hal ini dianggap oleh pemimpin daerah ini sebagai suatu keberhasilan menanggulangi (mengurangi) banjir, seperti diungkapkan pada saat pidato Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di kota Barabai.

Tapi kenyataan yang terjadi tidak seperti perkataan beliau. Banjir terus mengancam kota Barabai. Mungkin di wilayah kota hanya sebentar (hanya lewat), tapi berbeda dengan 'pahumaan' para petani (termasuk milik orang tua saya).

Karena kedalaman air yang setinggi lutut orang dewasa dan hal itu berlangsung lama, menyebabkan benih yang telah disemai (taradak dan lacak) membusuk. Seminggu yang lalu sebenarnya pahumaan kuitan sudah pinda kawa di humai, tapi karena lacaknya yang banyak matian dan yang hidup daunnya manguning, akhirnya diputuskan untuk mamupuk dahulu (padahal pupuk pun langka di pasaran). Tapi kenyataan bicara lain, tidak sempat dilakukan pemupukan, air kembali datang, sehingga merendam lacak tadi dan akhirnya bisa dipastikan, semuanya membusuk terendam air.

Mungkin di daerah lain hal ini tidak terasa. Tapi ditempat orang tua saya yang hanya mengandalkan penghasilan dari 'bahuma', akan menjadi berbeda. Sayang beribu sayang, pemerintah daerah melalui instansi yang berwenang, tidak pernah mencoba memantau perkembangan tersebut.

Saya hanya berharap, pemerintah daerah bisa memberikan solusi bagi masyarakat yang kebetulan pahumaannya terendam terus menerus selama banjir akhir tahun tadi hingga awal tahun ini.